Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh manajemen perusahaan adalah situasi krisis yang melanda perusahaan. Berbagai contoh krisis perusahaan adalah kasus penyedap makanan Ajinomoto yang diduga terbuat dari bahan babi. Sebelumnya pernah juga terjadi krisis yang melanda pabrik biskuit dari pabrik susu yang terkait dengan isu biskuit beracun dan isu pengunaan lemak babi. masalah tersebut telah berkembang menjadi isu nasional dan telah melibatkan banyak pihak di dalam penanganannya. Implikasi dari kedua masalah tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap perusahaan besar, tetapi juga telah membuat perusahaan kecil dan pedagang kecil ikut merasakan akibatnya. Sekian banyak pengangguran yang terjadi, dan sekian banyak produk yang tidak laku dijual.
Disamping masalah yang sangat besar seperti contoh di atas, tidak jarang perusahaan dilanda oleh masalah yang implikasinya hanya terbatas pada ruang lingkup satu perusahaan saja. Beberapa contoh krisis yang dihadapi perusahaan adalah :
1) masalah pencemaran lingkungan oleh pabrik.
2) masalah unjuk rasa oleh pekerja.
3) masalah produk yang tidak bisa dipasarkan.
4) masalah kericuhan dengan pemerintah dalam hal peraturan yang berkaitan dengan izin usaha.
Tentu saja masih banyak contoh lain dari krisis yang dihadapi perusahaan.
Kurangnya persiapan perusahaan di dalam menghadapi kasus krisis seperti yang dikemukakan di atas, tidak hanya melanda perusahaan di Indonesia. Perusahaan besar di Amerikapun banyak yang tidak mempunyai progran manajemen krisis. Dari suatu survei tentang manajemen krisis yang dilakukan di USA walaupun para manajer mengakui bahwa krisis besar dapat melanda perusahaan mereka, namun hanya separuh perusahaan yang disurvei yang mengatakan mereka mempunyai ‘program manajemen krisis’(crisis management plan).
Tampaknya banyak perusahaan yang mengabaikan masalah krisis ini.Mereka baru kelabakanan bilamana krisis betul-betul terjadi.
Tulisan ini mencoba memberikan beberapa garis besar untuk memersiapkan ‘manajemen krisis’.
DEFINISI KRISIS.
Krisis adalah situasi yang merupakan titik balik (turning point) yang dapat membuat sesuatu tambah baik atau tambah buruk. Jika dipandang dari kaca mata bisnis suatu krisis akan menimbulkan hal-hal seperti berikut :
1.Intensitas permasalahan akan bertambah.
2.Masalah akan dibawah sorotan publik baik melalui media masa,/informasi dari mulut ke mulut.
3.Masalah akan menganggu kelancaran bisnis sehari-hari.
4.Masalah menganggu nama baik perusahaan.
5.Masalah dapat merusak sistim kerja dan menggoncangkan perusahaan secara keseluruhan.
6.Masalah yang dihadapi disamping membuat perusahaan menjadi panik, juga tidak jarang membuat masyarakat menjadi panik.
7. Masalah akan membuat pemerintah ikut melakukan intervensi.
LEVEL PERKEMBANGAN KRISIS.
Suatu krisis menurut pendapat Steven Fink (1986) dapat dikategorikan kedalam empat level perkembangan, yakni :
1. Masa pre-krisis (predromal crisis stage)
Suatu krisis yang besar biasanya telah didahului oleh suatu pertanda bahwa bakal ada krisis yang terjadi. Masa terjadinya atau munculnya pertanda ini disebut masa pre-krisis.
Sering kali tanda-tanda ini oleh karyawan yang bertugas sudah disampaikan kepada pejabat yang berwenang, tetapi oleh pejabat yang berwenang tidak ditanggapi. Oleh karena si pelapor merasa laporannya tidak ditanggapi dia ikut diam saja. Bila keadaan yang lebih buruk terjadi dia lebih baik memilih diam daripada laporan dia tidak ditanggapi.
Kasus terjadinya kebocoran gas racun pabrik Union Carbide di Bhopal, India (terkenal dengan nama tragedy Bhopal) yang merenggut lebih dari 2000 jiwa, telah diantisipasi oleh petugas. Kebocoran yang terjadi di pabrik Union Carbide di tempat lain tidak diteruskan ke pabrik di Bhopal. Laporan yang tidak disampaikan itu menyebabkan terjadinya malapetaka tersebut.
2. Masa Krisis Akut (Acute stage).
Bila pre-krisis tidak dideteksi dan tidak diambil tindakan yang sesuai maka masa yang paling ditakuti akan terjadi. Kasus biskuit beracun setelah korban berjatuhan, misalnya cepat sekali mendapat sorotan media massa sebagai suatu berita yang hangat dan masuk halaman pertama. Keadaan yang demikian akan menimbulkan suasana yang paling kritis bagi perusahaan, khususnya bagi perusahaan yang produknya tercemar racun. Informasi tersebut berkembang dengan cepat dikalangan masyarakat dari mulut ke mulut. Setelah itu berkembang masalah baru berupa ‘rumor’ bahwa banyak makanan lain yang ikut tercemar.
Beberapa bahan makanan yang dilaporkan tercemar racun adalah minyak goreng, bakso, bakmi, rokok, dan beberapa jenis jajanan pasar. Memang isu keracunan ini akan merembet ke makanan yang sejenis Hal ini disebut dengan proses generalisasi. Fenomena generalisasi ini juga terjadi pada pabrik yang mempunyai cabang di tempat lain, atau pabrik yang memproduksi barang yang hampir sama.
Pada masa krisis akut ini tugas utama perusahaan adalah menarik produk secepat mungkin agar tidak ada lagi korban yang menjadi korban produk. Pada masa ini tugas perusahaan bukanlah diprioritaskan untuk mencari penyebab kenapa masalah itu terjadi. Tetapi tugas pokoknya adalah mengontrol semaksimal mungkin agar jatuhnya korban dapat ditekan.
Masa krisis akut ini jika dibandingkan dengan masa krisis kronis jauh lebih singkat. Tetapi masa akut adalah masa yang paling menegangkan dan paling melelahkan anggota tim yang menangani krisis.
3. masa krisis kronis (chronic crisis stage)
Masa ini adalah masa pembersihan akibat dari krisis akut. Masa ini adalah masa ‘recovery’, masa mengintrospeksi kenapa krisis sampai terjadi. Masa ini bagi mereka yang gagal total menangani krisis adalah masa kegoncangan manajemen atau masa kebangkrutan perusahaan. Bagi mereka yang bisa menangani krisis dengan baik ini adalah masa yang menenangkan.
Masa kronis berlangsung panjang, tergantung pada jenis krisis. Masa kronis adalah masa pengembalian kepercayaan publik terhadap perusahaan.
4. masa resolusi krisis (crisis resolution stage)
Masa ini adalah masa perusahaan sehat kembali seperti keadaan sediakala. Pada fase ini perusahaan akan semakin sadar bahwa krisis dapat terjadi sewaktu-waktu dan lebih mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
KIAT MENGHADAPI KRISIS.
1. Upaya preventif.
Upaya yang paling baik dalam mengatasi terjadinya krisis adalah upaya yang sifatnya preventif. Pada upaya preventif beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada perusahaan.
Bila masyarakat memiliki kepercayaan terhadap suatu perusahaan yang menghasilkan produk yang dikonsumsi oleh mereka, biasanya masyarakat tidak mudah termakan isu yang disebarkan oleh orang tertentu yang ingin merugikan perusahaan.
Bila terjadi kasus nyata suatu produk menimbulkan korban akibat sabotase dengan cara memasukkan racun atau barang berbahaya lainnya, adanya kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan akan memudahkan manajemen krisis. Hal seperti ini pernah terjadi pada perusahaan Johnson & Johnson yang memproduksi obat pusing kepala merk ‘Tylenol’ di Amerika Serikat. Adanya kepercayaan publik bahwa tidak mungkin korban jatuh karena kelalaian pabrik dalam membuat obat telah menyelamatkan perusahaan Johnson & Johnson dari krisis yang berkepanjangan.
Pembentukan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan dapat ditempuh dengan cara membina hubungan baik dengan media-massa. Dengan adanya hubungan baik ini media-massa akan memberikan informasi yang baik tentang perusahaan. Selain itu adanya hubungan baik dengan media-massa akan menolong bilamana suatu ketika terjadi krisis melanda perusahaan. Sorotan media-massa terhadap krisis yang terjadi tidak terlalu diwarnai oleh publikasi yang merugikan.
Image perusahaan yang baik dapat pula dibentuk dengan menciptakan ‘rule of conduct’ bagi setiap karyawan perusahaan yang selalu ramah dan mudah menolong dalam berhubungan dengan masyarakat. Tentu saja ‘rule of conduct’ yang baik ini akan besar kemungkinannya untuk dilakukan para karyawan bila perusahaan memberikan suasana kerja yang menyenangkan bagi para karyawan.
Usaha preventif yang lain adalah menyiapkan ‘program manajemen krisis’. Dalam situasi normal perlu ada tim khusus yang dibentuk yang akan menangani krisis bila suatu ketika krisis terjadi. Anggota tim krisis ini diambil dari beberapa unsur, bidang produksi, pemasaran, public relation, dan bagian lain yang kiranya terkait. Beberapa perusahaan maju di USA bahkan memiliki ruang khusus yang dipersiapkan untuk Tim Manajemen Krisis. Di dalam ruangan ini dipersiapkan segala informasi tentang apa yang harus dilakukan bila suatu krisis terjadi, siapa orang/perusahaan/pejabat yang harus dihubungi lengkap dengan nomor tilpon, alamat, dan tempat yang paling mudah dihubungi. Tim yang seperti ini misalnya sudah dimiliki oleh perusahaan penerbangan didalam menghadapi krisis, baik itu berupa kecelakaan pesawat, pembajakan dll.
Di saat tidak ada krisis terjadi, Tim ini biasanya melakukan permainan simulasi menghadapi krisis. Permainan simulasi ini dibutuhkan untuk untuk melatih kecepatan bertindak bila krisis betul-betul terjadi..
2. Upaya Kuratif.
Pada saat krisis melanda perusahaan ada beberapa langkah yang perlu dilakukan di dalam penanganan krisis. Hal pertama adalah mengidentifikasi krisis kemudian diikuti oleh mengisolasi krisis dan yang terakhir adalah menangani krisis.
Mengidentifikasi Krisis.
Pengidentifikasian krisis ini sangat penting dengan alasan sebagi berikut. Pertama, tanpa adanya kejelasan faktor yang merupakan krisis maka akan sulit untuk mengatasi krisis. Kedua dengan mengidentifikasi factor yang menjadi aspek penting krisis, perusahaan dapat mengetahui apakah krisis tersebut dapat ditangani atau tidak. Daripada membuang energi untuk menangani krisis yang jelas bakal tanpa memberikan hasil, perusahaan dapat melihat ke hal lain yang kiranya dapat mengurangi dampak krisis. Harus disadari bahwa di kala perusahaan terkena krisis, banyak problem lain yang menyertainya yang merupakan krisis-krisis lainnya. Oleh karena itu krisis yang utama tersebut harus didentifikasi.
Disamping masalah yang sangat besar seperti contoh di atas, tidak jarang perusahaan dilanda oleh masalah yang implikasinya hanya terbatas pada ruang lingkup satu perusahaan saja. Beberapa contoh krisis yang dihadapi perusahaan adalah :
1) masalah pencemaran lingkungan oleh pabrik.
2) masalah unjuk rasa oleh pekerja.
3) masalah produk yang tidak bisa dipasarkan.
4) masalah kericuhan dengan pemerintah dalam hal peraturan yang berkaitan dengan izin usaha.
Tentu saja masih banyak contoh lain dari krisis yang dihadapi perusahaan.
Kurangnya persiapan perusahaan di dalam menghadapi kasus krisis seperti yang dikemukakan di atas, tidak hanya melanda perusahaan di Indonesia. Perusahaan besar di Amerikapun banyak yang tidak mempunyai progran manajemen krisis. Dari suatu survei tentang manajemen krisis yang dilakukan di USA walaupun para manajer mengakui bahwa krisis besar dapat melanda perusahaan mereka, namun hanya separuh perusahaan yang disurvei yang mengatakan mereka mempunyai ‘program manajemen krisis’(crisis management plan).
Tampaknya banyak perusahaan yang mengabaikan masalah krisis ini.Mereka baru kelabakanan bilamana krisis betul-betul terjadi.
Tulisan ini mencoba memberikan beberapa garis besar untuk memersiapkan ‘manajemen krisis’.
DEFINISI KRISIS.
Krisis adalah situasi yang merupakan titik balik (turning point) yang dapat membuat sesuatu tambah baik atau tambah buruk. Jika dipandang dari kaca mata bisnis suatu krisis akan menimbulkan hal-hal seperti berikut :
1.Intensitas permasalahan akan bertambah.
2.Masalah akan dibawah sorotan publik baik melalui media masa,/informasi dari mulut ke mulut.
3.Masalah akan menganggu kelancaran bisnis sehari-hari.
4.Masalah menganggu nama baik perusahaan.
5.Masalah dapat merusak sistim kerja dan menggoncangkan perusahaan secara keseluruhan.
6.Masalah yang dihadapi disamping membuat perusahaan menjadi panik, juga tidak jarang membuat masyarakat menjadi panik.
7. Masalah akan membuat pemerintah ikut melakukan intervensi.
LEVEL PERKEMBANGAN KRISIS.
Suatu krisis menurut pendapat Steven Fink (1986) dapat dikategorikan kedalam empat level perkembangan, yakni :
1. Masa pre-krisis (predromal crisis stage)
Suatu krisis yang besar biasanya telah didahului oleh suatu pertanda bahwa bakal ada krisis yang terjadi. Masa terjadinya atau munculnya pertanda ini disebut masa pre-krisis.
Sering kali tanda-tanda ini oleh karyawan yang bertugas sudah disampaikan kepada pejabat yang berwenang, tetapi oleh pejabat yang berwenang tidak ditanggapi. Oleh karena si pelapor merasa laporannya tidak ditanggapi dia ikut diam saja. Bila keadaan yang lebih buruk terjadi dia lebih baik memilih diam daripada laporan dia tidak ditanggapi.
Kasus terjadinya kebocoran gas racun pabrik Union Carbide di Bhopal, India (terkenal dengan nama tragedy Bhopal) yang merenggut lebih dari 2000 jiwa, telah diantisipasi oleh petugas. Kebocoran yang terjadi di pabrik Union Carbide di tempat lain tidak diteruskan ke pabrik di Bhopal. Laporan yang tidak disampaikan itu menyebabkan terjadinya malapetaka tersebut.
2. Masa Krisis Akut (Acute stage).
Bila pre-krisis tidak dideteksi dan tidak diambil tindakan yang sesuai maka masa yang paling ditakuti akan terjadi. Kasus biskuit beracun setelah korban berjatuhan, misalnya cepat sekali mendapat sorotan media massa sebagai suatu berita yang hangat dan masuk halaman pertama. Keadaan yang demikian akan menimbulkan suasana yang paling kritis bagi perusahaan, khususnya bagi perusahaan yang produknya tercemar racun. Informasi tersebut berkembang dengan cepat dikalangan masyarakat dari mulut ke mulut. Setelah itu berkembang masalah baru berupa ‘rumor’ bahwa banyak makanan lain yang ikut tercemar.
Beberapa bahan makanan yang dilaporkan tercemar racun adalah minyak goreng, bakso, bakmi, rokok, dan beberapa jenis jajanan pasar. Memang isu keracunan ini akan merembet ke makanan yang sejenis Hal ini disebut dengan proses generalisasi. Fenomena generalisasi ini juga terjadi pada pabrik yang mempunyai cabang di tempat lain, atau pabrik yang memproduksi barang yang hampir sama.
Pada masa krisis akut ini tugas utama perusahaan adalah menarik produk secepat mungkin agar tidak ada lagi korban yang menjadi korban produk. Pada masa ini tugas perusahaan bukanlah diprioritaskan untuk mencari penyebab kenapa masalah itu terjadi. Tetapi tugas pokoknya adalah mengontrol semaksimal mungkin agar jatuhnya korban dapat ditekan.
Masa krisis akut ini jika dibandingkan dengan masa krisis kronis jauh lebih singkat. Tetapi masa akut adalah masa yang paling menegangkan dan paling melelahkan anggota tim yang menangani krisis.
3. masa krisis kronis (chronic crisis stage)
Masa ini adalah masa pembersihan akibat dari krisis akut. Masa ini adalah masa ‘recovery’, masa mengintrospeksi kenapa krisis sampai terjadi. Masa ini bagi mereka yang gagal total menangani krisis adalah masa kegoncangan manajemen atau masa kebangkrutan perusahaan. Bagi mereka yang bisa menangani krisis dengan baik ini adalah masa yang menenangkan.
Masa kronis berlangsung panjang, tergantung pada jenis krisis. Masa kronis adalah masa pengembalian kepercayaan publik terhadap perusahaan.
4. masa resolusi krisis (crisis resolution stage)
Masa ini adalah masa perusahaan sehat kembali seperti keadaan sediakala. Pada fase ini perusahaan akan semakin sadar bahwa krisis dapat terjadi sewaktu-waktu dan lebih mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
KIAT MENGHADAPI KRISIS.
1. Upaya preventif.
Upaya yang paling baik dalam mengatasi terjadinya krisis adalah upaya yang sifatnya preventif. Pada upaya preventif beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada perusahaan.
Bila masyarakat memiliki kepercayaan terhadap suatu perusahaan yang menghasilkan produk yang dikonsumsi oleh mereka, biasanya masyarakat tidak mudah termakan isu yang disebarkan oleh orang tertentu yang ingin merugikan perusahaan.
Bila terjadi kasus nyata suatu produk menimbulkan korban akibat sabotase dengan cara memasukkan racun atau barang berbahaya lainnya, adanya kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan akan memudahkan manajemen krisis. Hal seperti ini pernah terjadi pada perusahaan Johnson & Johnson yang memproduksi obat pusing kepala merk ‘Tylenol’ di Amerika Serikat. Adanya kepercayaan publik bahwa tidak mungkin korban jatuh karena kelalaian pabrik dalam membuat obat telah menyelamatkan perusahaan Johnson & Johnson dari krisis yang berkepanjangan.
Pembentukan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan dapat ditempuh dengan cara membina hubungan baik dengan media-massa. Dengan adanya hubungan baik ini media-massa akan memberikan informasi yang baik tentang perusahaan. Selain itu adanya hubungan baik dengan media-massa akan menolong bilamana suatu ketika terjadi krisis melanda perusahaan. Sorotan media-massa terhadap krisis yang terjadi tidak terlalu diwarnai oleh publikasi yang merugikan.
Image perusahaan yang baik dapat pula dibentuk dengan menciptakan ‘rule of conduct’ bagi setiap karyawan perusahaan yang selalu ramah dan mudah menolong dalam berhubungan dengan masyarakat. Tentu saja ‘rule of conduct’ yang baik ini akan besar kemungkinannya untuk dilakukan para karyawan bila perusahaan memberikan suasana kerja yang menyenangkan bagi para karyawan.
Usaha preventif yang lain adalah menyiapkan ‘program manajemen krisis’. Dalam situasi normal perlu ada tim khusus yang dibentuk yang akan menangani krisis bila suatu ketika krisis terjadi. Anggota tim krisis ini diambil dari beberapa unsur, bidang produksi, pemasaran, public relation, dan bagian lain yang kiranya terkait. Beberapa perusahaan maju di USA bahkan memiliki ruang khusus yang dipersiapkan untuk Tim Manajemen Krisis. Di dalam ruangan ini dipersiapkan segala informasi tentang apa yang harus dilakukan bila suatu krisis terjadi, siapa orang/perusahaan/pejabat yang harus dihubungi lengkap dengan nomor tilpon, alamat, dan tempat yang paling mudah dihubungi. Tim yang seperti ini misalnya sudah dimiliki oleh perusahaan penerbangan didalam menghadapi krisis, baik itu berupa kecelakaan pesawat, pembajakan dll.
Di saat tidak ada krisis terjadi, Tim ini biasanya melakukan permainan simulasi menghadapi krisis. Permainan simulasi ini dibutuhkan untuk untuk melatih kecepatan bertindak bila krisis betul-betul terjadi..
2. Upaya Kuratif.
Pada saat krisis melanda perusahaan ada beberapa langkah yang perlu dilakukan di dalam penanganan krisis. Hal pertama adalah mengidentifikasi krisis kemudian diikuti oleh mengisolasi krisis dan yang terakhir adalah menangani krisis.
Mengidentifikasi Krisis.
Pengidentifikasian krisis ini sangat penting dengan alasan sebagi berikut. Pertama, tanpa adanya kejelasan faktor yang merupakan krisis maka akan sulit untuk mengatasi krisis. Kedua dengan mengidentifikasi factor yang menjadi aspek penting krisis, perusahaan dapat mengetahui apakah krisis tersebut dapat ditangani atau tidak. Daripada membuang energi untuk menangani krisis yang jelas bakal tanpa memberikan hasil, perusahaan dapat melihat ke hal lain yang kiranya dapat mengurangi dampak krisis. Harus disadari bahwa di kala perusahaan terkena krisis, banyak problem lain yang menyertainya yang merupakan krisis-krisis lainnya. Oleh karena itu krisis yang utama tersebut harus didentifikasi.
Terimakasih banyak, Artikel anda sangat menarik
BalasHapusJangan lupa kunjungi :
IT TELKOM SURABAYA